DAPATKAN NOTA-NOTA SERTA SOALAN DAN SKEMA BIOLOGI DISINI - SILA KLIK

Monday, January 31, 2011

Kebangkitan Rakyat Mesir - Lagi gambar








Kebangkitan Rakyat Mesir - Slide Show

Kebangkitan Rakyat Mesir - Video

Gambar-Gambar Kebangkitan Rakyat Mesir

















MURSYID IKHWANUL MUSLIMIN PERTAMA - AS SYAHID HASAN AL BANNA


Penerjemah: Abu Ahmad

Allah SWT berfirman:

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)“. (Al-Ahzab:23)

Sejarah telah mencatat para generasi dakwah Islam di era modern Iakan banyak pahlawan, dan hal tersebut telah terjadi, dan akan terus terjadi dari mereka yang memiliki sikap dan prinsip dengan tetap berpegang teguh pada manhaj Islam yang benar dan lurus, jika boleh dikatakan: bahwa mereka mampu mencapi puncak hingga peringkat sebagai pengemban dan pembawa manhaj ilahi dari generasi pertama umat Islam, dan tugas dari gerakan Islam adalah mengenang para pahlawannya dan mengapresiasi para syuhada di jalannya; sehingga kelak mereka menjadi panutan yang dapat memberikan pencerahan dan petunjuk bagi generasi dakwah setelahnya, dan setiap orang yang mengambil jalan ini.

Siapakah Hasan Al-Banna?

Beliau adalah Hassan Ahmad Abdul Rahman al-Banna, lahir di kota Al-Mahmudiya, di bagian Delta Nil Provinsi Buhaira, Mesir, pada hari Ahad, tanggal 25 Sya’ban tahun 1324, bertepatan dengan tanggal 14 Oktober tahun 1906. Beliau termasuk dalam keluarga pedesaan yang sederhana dari kebanaykan bangsa Mesir lainnya sebagai petani di sebuah desa Delta yang disebut dengan desa “Syamsyirah” [dekat dengan pantai kota Rasyid berhadapan dengan kota Idvina, bagian dari kota Fawah, Propinsi Al-Buhaira].

Kakeknya bernama Abdul Rahman, beliau adalah seorang petani dari keluagra sederhana, namun orang tua Hasan Al-Banna, Syeikh Ahmad tumbuh – sebagai anak bungsu- jauh dari aktivitas bertani; karena keinginan dari ibunya, sehingga beliau ikut dalam belajar dan menghafal Al-Qur’an dan mempelajari hukum-hukum tajwid Al-Quran, dan kemudian belajar hukum syariah di Masjid Ibrahim Pasha di Alexandria, dan disaat menempuh pendidikan, beliau ikut bekerja di sebuah toko terbesar bagian refarasi jam di Alexandria, sehingga setelah itu beliau memiliki keahlian dalam memperbaiki jam dan berdagang, dan dari sinilah beliau terkenal dengan panggilan “As-sa’ati”

Selain itu, Orang tua Al-Banna juga memiliki keahlian dan menjadi bagian dari ulama hadits karena beliau pandai di bidang tersebut, sebagaimana beliau banyak melakukan aktivitas dalam mempelajari dan mengajar sunnah nabawiyah terutama kitab yang terkenal “al-fathu Robbani fi tartiibi musnad imam Ahmad bin Hambal As-Syaibani”, dan dalam kehidupan seperti itulah tumbuh “Hassan al-Banna” mencetak banyak karakter darinya.

Awal Perjalanan

Hassan al-Banna memulai pendidikannya di sekolah tahfizhul Qur’an di Al-Mahmudiyah, dan mampu mentransfer ilmu dari banyak penulis sehingaa orang tuanya mengirim beliau kepada para penulis di dekat kota Al-Mahmudiyah. Namun waktu yang beliau tempuh di tempat para penulis sangat padat sehingga tidak mampu menyempurnakan hafalan Al-Qur’an; oleh karena terikat dengan peraturan para penulis, dan pada akhirnya beliau tidak mampu meneruskannya, lalu melanjutkan pendidikannya di sekolah tingkat SMP, meskipun ada pertentangan dari ayahnya, karena beliau sangat antusias terhadap dirinya untuk bisa menjadi penghafal Al-Qur’an, dan tidak setuju anaknya masuk sekolah SMP kecuali setelah bisa mengkhatamkan Al-Qur’an di rumahnya.

Setelah menyelesaikan sekolah SMP beliau masuk ke sekolah “Al-Mu’allimin Al-Awwaliyah” di Damanhour, dan pada tahun 1923 masuk kuliah di Fakultas Dar El-Ulum di Kairo dan lulus pada tahun 1927, dan selain itu, beliau juga mampu meraih lebih ilmu-lainnya dari ilmu-ilmu yang diterima pada saat kuliah, terutama pada kurikulum pendidikan yang diberikan saat itu; seperti pelajaran ilmu al-hayah, sistem pemerintahan, ekonomi politik, sebagaimana beliau menerima pelajaran tentang bahasa, sastra, hukum, geografi dan sejarah, sehingga dengan itu semua, membuat beliua matang dalam berbagai ilmu pengetahuan.

Beliau memiliki perpustakaan yang besar dan luas dirumahnya, di dalamnya terdapat ribuan buku, yang berisi tentang buku-buku yang terkait dengan tema yang tersebut diatas, dan ditambah dengan adanya empat belas jenis majalah dari majalah mingguan yang diterbitkan di Mesir seperti majalah al-muqtatof, majalah al-fath, majalah Al-Manar dan lain-lainnya, dan hingga saat ini perpustakaan beliau masih ada di bawah pengawasan anaknya ustadz ” “Saif al-Islam”.

Al-Banna menjalankan hidupnya selama 19 tahun sebagai guru sekolah dasar di Ismailia, dan kemudian di Kairo, dan ketika beliau mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai guru pada tahun 1946 beliau telah mendapat level kelima untuk menjadi PNS, setelah itu beliau bekerja di surat kabar harian “Ikhwanul Muslimin”, dan kemudian beliau menerbitkan majalah bulanan sendiri yang bernama “As-Syihab” yang di mulai pada tahun 1947; hal tersebut dilakukan agar dirinya dapat mandiri dan sebagai sumber mata pencaharian, namun akhirnya majalah tersebut dibredel oleh karena dibubarkannya jamaah ikhwanul muslimin pada tanggal 8 Desember 1948.

Pengaruh dan dampak

Syeikh Hassan al-Banna, menerima banyak pengaruh dari beberapa ulama besar dan para guru, termasuk ayahnya sendiri, Syeikh Ahmed dan Syeikh Mohammed Zahran – pemilik majalah Al-Is’ad dan pemilik sekolah Ar-Rasyad, yang mana Hasan Al-Banna terdaftar di sekolah saat beliau menetap beberapa tahun di Mahmudiyah – begitupun Syeikh Tantawi Jauhari, penyusun kitab tafsir Al-Qur’an “Al-Jawahir”, dan beliau juga menjadi pemimpin redaksi koran yang diterbitkan pertama kali oleh Ikhwanul Muslimin pada tahun 1933, setelah lulus dari Dar el-ulum tahun 1927, Hasan Al-Banna menjadi guru pada salah satu sekolah dasar di kota Ismailiyah, dan berikutnya tahun 1928 mendirikan jamaah Ikhwanul Muslimin, tapi sebelum pendiriannya beliau telah banyak terlibat dalam sejumlah asosiasi dan kelompok agama, seperti “Jam’iyah Al-Adab Al-Akhlaqiyah”, dan “Jam’iyah Man’u Al-Muharramat” di Mahmudiya, dan “At-Tariqah Al-Hashofiyah” sebuah aliran tasawuf di Damanhour, sebagaimana beliau juga ikut berpartisipasi dalam pendirian jamaah Syubbanul Muslimin pada tahun 1927 dan beliau merupakan salah satu anggotanya. Yaitu, Setelah jamaah Ikhwanul Muslimin yang didirikannya telah tumbuh, berkembang dan tersebar di berbagai segmen masyarakat dan kota, bahkan pada akhir tahun empatpuluhan ikhwanul Muslimin telah menjadi kekuatan organisasi sosial-politik yang terstruktur di Mesir, juga telah memiliki cabang yang banyak yang tersebar di berbagai negara-negara Arab dan Islam.

Imam Al-Banna selalu menegaskna bahwa jamaah yang diririkannya bukan merupakan partai politik, tetapi merupakan kesatuan ide dari berbagai nilai-nilai perbaikan, dan berusaha untuk kembali kepada Islam yang benar dan bersih dan menjadikannya sebagai manhaj yang komprehensif untuk kehidupan.

Adapun manhaj perbaikan yang beliau lakukan adalah dengan cara “Tarbiyah” dan “progresif ” dalam melakukan perubahan yang diinginkan, dan inti dari manhaj yang diinginkan itu adalah membentuk “individu Muslim” lalu “Keluarga Islam”, “komunitas Muslim”, lalu “Pemerintahan Islam”, “Negara, dan khilafah Islam dan akhirnya mencapai pada “ustadziyatul alam” .

Imam Al-Banna memimpin jamaah Ikhwanul Muslimin selama dua periode [1928-1949], dan dalam kepemimpinannya banyak berhadapan dengan peperangan politik dengan pihak lain, khususnya partai Al-Wafd dan partai Al-Saadi. Adapun sebagian besar aktivitas dari Al-Ikhwan terfokus pada permasalahan di lapangan nasional Mesir yang terpuruk setelah pecah Perang Dunia II, dan pada saat itu beliau mengajak Mesir untuk keluar dari sterling blok sehingga dapat memberi tekanan pada Inggris untuk menanggapi permintaan nasional Mesir. Dalam konteks ini, Ikhwanul Muslimin mengadakan konferensi-konferensi, dan melakukan demonstrasi untuk menuntut hak-hak negara, juga memiliki serangkaian politik assassinations terhadap tentara dan pasukan Inggris, terutama di Terusan Suez.

Dan Al-Banna juga mengutamakan perhatiannya secara khusus terhadap isu Palestina, dan menganggapnya sebagai “Persoalan seluruh dunia Islam” dan beliau selalu menegaskan bahwa “Inggris dan orang-orang Yahudi tidak akan memahami kecuali hanya satu bahasa, yaitu bahasa revolusi, kekuatan dan darah”, beliau mengakui fakta adanya aliansi Barat Zionis terhadap Islam. Beliau juga mengajak untuk melakukan penolakan terhadap konsensus pemisahan dan pembagian negeri Palestina yang dikeluarkan oleh PBB tahun 1947, dan mengajak kepada seluruh umat Islam secara umum – dan Ikhwanul Muslimin secara khusus – untuk melakukan jihad di tanah Palestina demi mempertahankan tanah Arab dan Muslim, beliau berkata: “Sesungguhnya Ikhwanul Muslimin akan mengorbankan jiwa dan harta mereka untuk mempertahankan setiap jengkal dari bumi Palestina Islam dan Arab sehingga Allah mewarisi bumi ini dan orang-orang yang bersamanya “. Dan akhirnya pada tanggal 6 Mei 1948 Lembaga Pendiri Ikhwanul Muslimin mengeluarkan keputusan yang menegaskan jihad suci melawan Yahudi sang agresor, untuk itu Al-Banna mengirim brigade Mujahidin dari Ikhwanul Muslimin ke Palestina dalam perang tahun 1948. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah Mesir melikuidasi jamaah Ikhwanul Muslimin pada bulan Desember tahun 1948; sehingga, menyebabkan terjadinya bentrokan antara Ikhwanul Muslimin dan Pemerintah An-Nakrasyi.

Al-Banna memiliki pendapat yang tepat dan wawasan yang luas terhadap qadhiyah an-nahdhah (masalah kebangkitan) yang mampu membuat sibuk umat Islam sejak dua abad sebelumnya dan hingga sekarang masih didengungkan. Beliau menghubungkannya dengan masalah kemerdekaan dari kolonialisme dan ketergantungan pada Eropa dari satu sisi, dan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan yang harus dicapai oleh umat Muslim pada sisi yang lain, dan beliau mengatakan: “Kita tidak akan mampu melakukan perbaikan dan kita tidak bisa menerapkan konsep perbaikan secara internal selama kita belum merdeka dari intervensi dan campur tangan asing” Beliau juga mengatakan: “Tidak ada kebangkitan tanpa ilmu pengetahuan dan apa yang diraih oleh orang kafir -dalam menjajah- adalah karena dengan ilmu “, beliau melihat bahwa ketergantungan umat Islam pada Eropa terhadap tradisi dan kebiasaan-kebiasaannya dapat menghalangi kemerdekaan dan kebangkitan mereka, beliau berkata: “Bukankah sebuah paradoks yang aneh, kita meninggikan suara menuntut untuk merdeka dari Eropa dan melakukan protes keras terhadap segala tindak tanduknya, sementara di pihak lain kita meng agungkan tradisi-tradisinya dan terbiasa dengan adat-adatnya, dan bahkan kita lebih memilih produk-produknya?

Sebagaimana beliau juga melihat bahwa persoalan perempuan merupakan salah satu permasalahan sosial paling penting; karena itu, karena itu -sejak awal didirikannya Ikhwanul Muslimin- beliau banyak memberikan perhatian terhadap permasalahan kaum perempuan, beliau membuat bagian khusus yang disebut dengan “Akhwat Muslimat”. Dan beliau selalu menekankan bahwa Islam telah memberikan kepada perempuan hak-hak pribadi, sipil dan politik, dan pada saat yang bersamaan, Islam juga meletakkan kaidah-kaidah yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan dalam penerapan hak-hak tersebut

Namun Imam Al-Banna tidak hanya menyeru untuk mendirikan sebuah sistem pemerintahan keagamaan teokratis dengan pengertian yang dikenal oleh Eropa pada abad pertengahan, namun beliau menyeru untuk menerapkan hukum Islam berdasarkan aturan dari syura, kebebasan, keadilan dan kesetaraan.

Dan beliau menerima dengan lapang bentuk konstitusional undang-undang parlemen, dan menganggap lebih dekat sistem pemerintahan di seluruh dunia terhadap Islam, dan beliau melihat bahwa jika formula tersebut diterapkan, maka dipastikan akan mampu mewujudkan tiga prinsip yang melandasi aturan Islam; yaitu “tanggungjawab pemimpin, kesatuan umat dan penghargaan terhadap kehendaknya”.

Terbunuhnya Sang Imam

lokasi: Kairo, di distrik Al-Himliyah. Waktu: Pertengahan malam tanggal 12 Februari 1949. Kronologi: terdapat beberapa kendaraan polisi melaju di tengah keheningan malam, hingga mencapai pada salah satu jalan di distrik Al-Hilmiyah, Kairo, mereka bertugas menghentikan kendaraan yang melaju di jalan tersebut, beberapa tentara memblokade jalan dengan senjata lengkap,dan penjagaan diperketat terutama di sebuah rumah sederhana di yang ada di jalan tersebut, lalu sebuah mobil polisi melaju menuju rumah tersebut, satu barisan tentara memindahkan mayat dari mobil ke rumah tersebut dengan cepat, lalu mengetuk pintu yang ada di atasnya, seorang Syeikh berumur sembilan puluhan tahun membuka, lalu beberapa tentara masuk ke rumah tersebut sebelum mereka memasukkan tubuh yang sudah mati tersebut untuk mengkonfirmasi tidak ada orang lain di rumah tersebut, ultimatum yang keras disampaikan kepda syekh tersebut; tidak boleh ada suara, tidak boleh ada kegaduhan, dan bahkan tidak boleh ada seorangpun yang boleh mengurus mayat tersebut, cukup anda dan keluarta yang ada di rumah, dan tepat jam sembilan esok pagi beliau harus dimakamkan.

Adapun Syeikh tersebut adalah orang tua almarhum, meskipun ia terketut, sekalipun ia sudah tua, dirinya mampu memakamkan anaknya sendirian, beliau membersihkan darah anaknya yang terkena peluru dan mendarat di sekujur tubuhnya.

Pada pagi harinya, petugas datang tepat waktu, mereka berkata: bawa sini anakmu untuk segera dikubur. Maka syeikh yang sudah berumur 90 tahun tersebut berseloroh: bagaimana saya membawanya? Seharusnya sebagian prajurit ikut membawanya! Namun para prajurit menolak, dan responnya adalah hendaknya orang-orang rumah yang membawanya. Saat itu almarhum meninggalkan beberapa anak perempuan dan seorang anak laki-laki yang masih bayi.

Akhirnya tubuh yang sudah menjadi mayat dibawa oleh istrinya dan anak perempuannya dan dibantu oleh ayahnya, dan bagi siapa yang berani ikut membantunya maka akan ditangkap dan di penjara, akhirnya jenazah sampai ke masjid untuk di shalatkan, tidak ada yang ikut menyolatkannya kecuali ayahnya dan dibelakangnya anaknya (istri sang imam) dan anak-anak perempuan dari keturunannya, dan mereka juga yang turun ke kubur, lalu kembali ke rumah dengan penjagaan yang super ketat, demikian kronologi pembunuhan dan prosesi pemakaman As-Syahid Imam “Hassan al-Banna”, setelah itu banyak tetangganya yang ditangkap, tidak ada alasan lain kecuali hanya karena mengungkapkan takziah (belasungkawa) kepada keluarga yang ditinggal, dan blokade terus berlanjut tidak hanya di rumah karena khawatir banyak yang berdatangan untuk takziya, namun juga di sekitar kuburan sang imam, karena takut ada yang berani mengeluarkan mayatnya dan mengekspos kejahatan yang telah terjadi, bahkan banyak dari pihak kepolisian disebar di beberapa masjid; untuk segera ditutup kembali setelah ibadah shalat ditunaikan, karena takut ada seseorang yang berani menshalatkannya.

Di sisi lain seorang raja negara tersebut menunda dalam merayakan ulang tahun ke 11 Februari dari 12 Februari; untuk ikut merayakan bersama orang merayakan kematian sang imam, dan salah seorang intelektual menceritakan bahwa dirinya menyaksikan salah satu perayaan di sebuah hotel di Amerika Serikat, dan ketika diceritakan alasan perayaan ini, ia dapat mengetahui bahwa perayaan tersebut dilakukan untuk mengungkapkan kegembiraan karena kematian Imam As-Syahid Hasan Al-Banna. Jika kebenaran ada pada musuh, maka sesungguhnya pusat penelitian di Prancis dan Amerika ikut berpartisipasi dalam peletakan seratus orang yang paling terpengaruh di dunia pada abad kedua puluh, dua dari dunia Arab adalah: Imam As-Syahid “Hassan al-Banna”, dan yang lainnya adalah Gamal Abdul Nasser.

Buku-buku karangan imam Hasan Al-Banna

Tidak ada yang dimiliki oleh Hassan al-Banna dari literatur buku atau karangan-karangannya kecuali berupa risalah, baik kumpulan dan cetakan dengan judul buku “Majmuah Rasail imam Hasan Al-Banna” sebagai referensi utama dalam memahami pemikiran dan manhaj Ikhwanul Muslimin secara umum. Beliau juga memiliki buku mudzakarah yang dicetak beberapa kali dengan judul “Mudzakirah da’wah wa da’iyah”, selain itu beliau juga memiliki majalah dan riset-riset kecil dalam jumlah yang besar, seluruhnya tersebar dalam koran-koran dan majalah Ikhwanul Muslimin yang dimuat pada tahun tiga puluh dan empatpuluhan tahun yang lalu.

Rahimahullah Imam As-Syahid Hasan Al-Banna

Saturday, January 29, 2011

Bangunan Masjid Al Aqsa Yang Sebenarnya


Al-Masjid al-Aqsa adalah merupakan masjid ketiga tersuci di dalam agama Islam. Ianya juga merupakan tempat di mana Allah memperjalankan nabi Muhammad SAW pada waktu malam semasa peristiwa Isra’ dari al-Masjid al-Haram di Makkah ke al-Masjid al-Aqsa di al-Quds. Lokasinya terletak di kawasan yang diberkati dan suci. Keberkatan kawasan tersebut bukan sahaja dapat dinikmati daripada aspek spiritualnya sahaja, tetapi daripada aspek material pun dapat dirasai, seperti kesuburan tanah yang menghasilkan produk perladangan terbaik, cuaca yang nyaman dan seumpamanya. Ramai nabi menjadikan bumi ini sebagai tempat tinggal di dalam misi dakwah mereka. Masjid ini juga pernah menjadi qiblat pertama bagi umat Islam.

Suatu masa dahulu, umat Islam bebas untuk keluar masuk di dalam al-Aqsa. Ramai yang memulakan pergerakan menunaikan haji dari masjid ini. Apatah lagi terdapat galakan langsung daripada nabi Muhammad untuk menziarahinya. Bersabda nabi Muhammad SAW di dalam sepotong hadith:

وعن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لا تشد الرحال إلا إلى ثلاثة مساجد: المسجد الحرام، والمسجد الأقصى، ومسجدي متفق عليه، واللفظ للبخاري

Daripada Abi Sa’id al-Khudri R.A. Rasulullah SAW dilaporkan berkata: Janganlah bersungguh-sungguh/bersusah-payah pergi berjalan melainkan ke tiga masjid, al-Masjid al-Haram (Makkah), al-Masjid al-Aqsa (Al-Quds) dan Masjidku (Masjid Nabi di Madinah) - Muttafaqun alaihi dengan lafaz daripada Bukhari.

Sehinggalah penjajahan Zionist ke atas Palestin, al-Masjid al-Aqsa kini sunyi daripada pengunjung Muslim bukan Arab. Sekatan serta fatwa pengharaman menziarahinya oleh Mufti Palestin yang turut disokong ramai ulamak kerana perlu membayar wang yang banyak kepada penjajah Zionist, menyebabkan hanya sedikit daripada kita yang mengenali bangunan al-Aqsa yang sebenarnya.

Di dalam bersemangat mempertahankan al-Aqsa, ada antara umat Islam yang cuba untuk memperkenalkan bangunan al-Aqsa. Antara maklumat yang kerap disebarkan melalui rantaian email dan tapak sesawang seperti ini, ialah menyatakan yang Qubbah al-Sakhrah (Dome of the Rock) adalah bukan al-Aqsa. Mereka mendakwa yang ianya adalah propaganda Zionist untuk mengalihkan fokus umat Islam daripada mempertahankan al-Masjid al-Aqsa yang sebenarnya. Ramai daripada kita yang percaya dengan maklumat ini.



Gambar yang kerap disebarkan untuk menunjukkan al-Aqsa yang sebenar

Dalam artikel ini, saya akan cuba berkongsi maklumat yang sebenar mengenai bangunan al-Masjid al-Aqsa seperti yang dikenali penduduk Palestin. Saya perlu memberikan kredit kepada pensyarah Universiti al-Najah, Dr Haithem F. al-Ratrout yang telah melakukan kajian perkembangan senibina al-Aqsa di dalam kajian PhD semasa menuntut di Al-Maktoum Institute. Saya telah mendapat keizinan beliau untuk menyebarkan maklumat kajiannya, kerana menurut beliau ini merupakan tanggungjawab Muslim bagi memperkenalkan bangunan al-Aqsa yang sebenarnya. Anda boleh membeli buku beliau daripada laman ini untuk mendapatkan penjelasan yang lebih terperinci.

PEMBINA AL-AQSA YANG SEBENARNYA

Untuk mengetahui al-Aqsa, kita terlebih dahulu perlu mengetahui siapakah pembinanya. Menurut ulamak, tidak ada satu nas yang amat sahih menyatakan secara jelas siapakah pembina al-Aqsa. Cuma terdapat sepotong hadith sahih menceritakan secara umum pembinaan al-Aqsa, seperti yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim:

حديث سليمان بن مهران الأعمش، عن إبراهيم بن يزيد التيمي، عن أبيه، عن أبي ذر قال: قلت: يا رسول الله أي مسجد وضع أول؟ قال: المسجد الحرام. قلت: ثم أي؟ قال: المسجد الأقصى. قلت: كم بينهما؟ قال: أربعون سنة

Hadith Sulaiman bin Mahran al-A’mash, daripada Ibrahim bin Yazid al-Tamimi, daripada bapanya Abu Zarr beliau berkata, aku bertanya kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah, masjid yang manakah dibina terlebih dahulu (dalam sejarah)?” Nabi menjawab, “al-Masjid al-Haram.” Aku bertanya lagi, “Selepas itu?” Jawab nabi, “al-Masjid al-Aqsa.” Aku bertanya lagi, “Berapa jarak pembinaan antara keduanya?” Nabi menjawab, “40 tahun.”….

Berdasarkan hadith di atas, oleh kerana jarak pembinaan antara al-Masjid al-Haram dan al-Masjid al-Aqsa adalah dekat, iaitu 40 tahun, ditambah lagi dengan umur umat terdahulu yang amat panjang, maka ramai ulamak berpandangan pembina kedua-dua masjid ini adalah orang yang sama. Justeru, dalam usaha mencari siapakah pembina al-Aqsa, adalah perlu untuk kita mencari siapakah pembina al-Masjid al-Haram di Makkah.

Sebahagian kita berpandangan yang pembina al-Masjid al-Haram ialah Nabi Ibrahim. Ini berdasarkan kepada ayat al-Quran di dalam surah al-Baqarah ayat 127:

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَٰهِيمُ ٱلْقَوَاعِدَ مِنَ ٱلْبَيْتِ وَإِسْمَٰعِيلُ

Dan ketika Nabi Ibrahim dan Ismail mengangkat kembali tapak asas tapak rumah ibadah itu (Al-Masjid al-Haram).

Jumhur ulamak, walau bagaimanapun menyatakan yang ayat di atas hanyalah menunjukkan yang nabi Ibrahim membina kembali tapak al-Masjid al-Haram yang telah dibina oleh nabi sebelumnya. Dengan erti kata lain, nabi Ibrahim bukanlah orang pertama yang membina al-Haram. Sekiranya nabi Ibrahim bukan orang pertama membina al-Haram, maka baginda juga bukanlah orang pertama membina al-Aqsa.

Ketika mentafsirkan ayat di atas, Imam al-Tabari telah merekodkan beberapa riwayat mengenai pembina al-Masjid al-Haram yang sebenarnya. Antaranya ialah seperti yang dilaporkan oleh Ato’ bin Abi Rabah dan Abdullah bin Amru yang menyatakan bahawa pembina Ka’bah yang pertama sebenarnya ialah nabi Adam. Apabila nabi Adam diturunkan dari langit, baginda telah membina rumah ibadah pertama di muka bumi dengan arahan Allah SWT. Baginda tawaf di keliling Ka’bah tersebut, berdasarkan sempadannya yang telah ditetapkan. Ka’bah itulah merupakan asal bagi al-Masjid al-Haram. Kemudian berdasarkan hadith Abu Dzar tadi, baginda telah membina al-Aqsa 40 tahun selepasnya. Adapun nabi Ibrahim, baginda hanyalah membangunkan kembali asas binaan tersebut yang telah roboh berikutan banjir besar serta faktor cuaca yang lain.

Justeru, ramai ulamak yang menyatakan nabi Adam adalah pembina al-Aqsa kerana baginda juga membina Ka’bah.

KONSEP BINAAN MASJID DI DALAM ISLAM

Untuk mengetahui bangunan al-Aqsa, kita juga perlu untuk mengetahui konsep binaan masjid di dalam fiqh Islam. Secara ringkasnya, yang dinamakan masjid itu perlulah mempunyai empat elemen:

1. Lokasi.

2. Sempadan.

3. Qiblah.

4. Aktiviti, termasuklah ritual ibadah dan juga segala aspek kehidupan yang membawa kesejahteraan akhirat.

Gabungan lokasi dan sempadan, menurut ulamak, tidak membawa maksud yang masjid itu perlu berada di dalam satu bangunan. Masjid di zaman nabi Muhammad pun tidak mempunyai bangunan. Yang paling penting ialah, pembina masjid tersebut perlu menentukan lokasi dan sempadannya. Adalah menjadi satu kesilapan sekiranya kita memahami yang masjid itu perlu dibuat di dalam bangunan.

LOKASI AL-AQSA

Dalam peta politik moden, al-Aqsa terletak di sebuah kawasan yang dikenali sebagai Pekan Lama atau Old City of Jerusalem, Tebing Barat (West Bank). Semasa zaman nabi, banyak istilah yang digunakan untuk merujuk kawasan ini, seperti Eiliya’, Sham, al-Ard al-Muqaddasah, al-Ard al-Mubarakah dan al-Quds. Old City of Jerusalem dikelilingi oleh pagar. Di dalamnya terletak kawasan petempatan lama. Ianya agak padat. Dahulu Muslim Arab merupakan majoriti, akan tetapi selepas penjajahan, orang Yahudi semakin ramai menguasai kawasan petempatan di dalam Old City of Jerusalem. Turut berada di dalam pagar Old City berkenaan, ialah Holy of Sepulchre, gereja utama agama Kristian. Al-Masjid al-Aqsa terletak di tenggara pagar Old City.



Pandangan udara Old City of Jerusalem dan al-Aqsa

PLAN KA’BAH DI AL-MASJID AL-HARAM

Selain itu, kita juga perlu mengetahui bagaimanakah plan asal Ka’bah yang telah dibina oleh nabi Adam. Ini adalah kerana kita telah faham bahawa pembina kedua-dua bangunan ini kemungkinan besar adalah orang yang sama berdasarkan hadith Abu Dzar tadi. Ramai yang memahami Ka’bah sebagai bangunan berbentuk kiub yang dilitupi oleh kain kiswah hitam. Fakta ini kurang tepat, kerana sebenarnya kawasan Hijir Ismail adalah juga sebahagian Ka’bah berdasar pandangan ramai ulamak. Jika diteliti laporan daripada al-Azraqi (meninggal 222 H), beliau telah melakarkan plan Ka’bah seperti yang telah direnovasi oleh nabi Ibrahim seperti imej berikut:



BANGUNAN AL-AQSA YANG SEBENAR

Antara gambar terbaik untuk melihat pandangan udara al-Aqsa ialah seperti berikut.



Secara ringkas, al-Masjid al-Aqsa yang sebenar ialah meliputi semua monumen bangunan dan tanah lapang di sekitar pagar empat segi di atas. Hujjahnya ialah seperti berikut:

1. Nabi Muhammad diisra’ ke al-Aqsa. Kemudian dimikrajkan dari al-Aqsa juga. Semua bersetuju yang nabi dinaikkan ke langit daripada lokasi Dome of the Rock sekarang yang letaknya di bukit paling tinggi di dalam pagar di atas. Justeru tidaklah tepat sekiranya Dome of the Rock dikatakan bukan sebagai al-Aqsa.

2. Masjid tidak semestinya berada di dalam satu bangunan. Ianya boleh jadi di atas tanah lapang, atau dalam bangunan, atau gabungan tanah lapang dan bangunan, selagi mana ditentukan lokasi dan sempadannya.

3. Al-Aqsa mempunyai hubungan dan persamaan dengan Ka’bah. Tidak mustahil, kerana pembinanya adalah orang yang sama. Bahkan jika dibesarkan plan Ka’bah, kita akan dapati yang plannya adalah sama dengan pagar sempadan al-Aqsa. Dengan erti kata lain, sudut bukaan setiap hujung empat seginya adalah sama. Penjelasan lanjut boleh diperolehi daripada buku Dr Haithem yang sebenarnya merupakan thesis PhD beliau.



Memang benar Saidina Umar seakan marah dan tidak bersetuju dengan cadangan Ka’ab al-Ahbar mengenai lokasi di mana perlunya dibina bangunan masjid di dalam al-Aqsa. Ka’ab mencadangkan di lokasi Dome of the Rock sekarang. Umar tidak bersetuju kerana lokasi itu adalah lokasi paling suci dalam agama Yahudi, dan keduanya bangunan utama yang menempatkan Imam sembahyang, perlulah berada di tempat paling hampir dengan qiblat/Ka’bah. Maka dibinalah bangunan masjid kecil di selatan sempadan pagar al-Aqsa yang betul-betul dibina oleh nabi Adam menghadap ke arah Ka’bah. Masjid asal yang dicadangkan saidina Umar itu dikenali penduduk tempatan sebagai Jami’ Qibli atau Jami’ al-Aqsa. Adapun sekiranya menyebut al-Masjid al-Aqsa, maka ianya merujuk kepada semua yang berada di dalam pagar sempadan al-Aqsa tadi, termasuklah Jami’ Qibli, Masjid Buraq, pelbagai masjid kecil di dalamnya, beberapa bilik perpustakaan, pejabat dan kelas pengajian, Dome of the Rock, Dome of Ascension, Dome of Chain, tanah lapang, dan lain-lain.


Semua yang berada di dalam garisan kuning di atas adalah al-Masjid al-Aqsa


KESIMPULAN

1. Al-Aqsa ialah kawasan yang meliputi semua monumen, bangunan dan tanah lapang di dalam pagar al-Aqsa seperti gambar di atas. Ini termasuklah Dome of the Rock, yang merupakan sebahagian daripada al-Masjid al-Aqsa.

2. Umat Islam perlu menghentikan penyebaran maklumat salah yang kononnya Dome of the Rock bukan sebahagian daripada al-Aqsa. Sasaran Zionist sekarang ialah membina Haikal Sulaiman di atas tapak Dome of the Rock, yang dianggap sebagai The Holiest of Holy oleh orang Yahudi. Sekiranya kita membiarkan fokus kita daripada mempertahankan Dome of the Rock, maka mudahlah orang Yahudi merampas al-Aqsa.

3. Saya amat mencadangkan rakan-rakan pembaca untuk membeli buku Dr Haithem, serta membaca kajian lanjut mengenai pembinaan Ka’bah, pembinaan Jami’ Qibli, Dome of the Rock dan kubah-kubah lain, sejarah pemerintah yang menguasai dan memakmurkan al-Aqsa dan lain-lain.

Tulisan Ustaz Ahmad Irfan Ikmal Hisham, seorang penulis jemputan HALUAN Palestin yang kini sedang melanjutkan pelajaran di Australia. Tulisan beliau boleh dicapai di blog abidfana.com. Beliau mahir dalam persoalan dan kajian mengenai Palestin dan Yahudi.

Thursday, January 13, 2011

Apa Kata Mereka Tentang Nabi Muhammad SAW


Masalah keruntuhan moral manusia di ketika ini seperti kita kembali kepada zaman Jahiliah walaupun sudah mengaku semakin maju dengan teknologi canggih. Samada kita sedari atau tidak, cuba perhatikan alam sekeliling, di muka depan akhbar setiap hari pembunuhan, rompakan, pergaduhan, fitnah menfitnah, rogol adik dan anak, buang bayi, mabuk kerana arak dan dadah, tidak percaya Tuhan, menyembah aliran muzik, perkauman dan sebagainya.

Puncanya hanya satu kerana kita tidak mengamal, tidak menghayati Al-Quran,lupa ajaran yang di bawa oleh Nabi yang kita cintai Muhammad SAW.

Terbukti, bukan hanya umat Islam saja yg menganggap bahawa Nabi Muhammad SAW tidak hanya sebagai pesuruh (Allah SWT).. dan sebagai penunjuk tauladan kepada seluruh umat manusia..tapi umat bukan Islam bahkan banyak tokoh dunia mengakui akan kualiti kepemimpinannya baik agama maupun dunia…tak lekang oleh zaman…pesannya bersifat universal melampaui suku, bangsa & negara dan umatnya semakin hari semakin bertambah.

MAHATMA GANDHI (Komen mengenai karakter Nabi Muhammad SAW di YOUNG INDIA ):

Pernah saya bertanya-tanya siapakah tokoh yang paling mempengaruhi manusia… Saya lebih dari yakin bahawa bukan pedanglah yang memberikan kebesaran pada Islam pada masanya. Tapi ia datang dari kesederhanaan, kebersahajaan, keberhati-hatian Muhammad; serta pengabdian luar biasa kepada teman dan pengikutnya, tekadnya, keberaniannya, serta keyakinannya pada Tuhan dan tugasnya. Semua ini (dan bukan pedang ) menyingkirkan segala halangan. Ketika saya menutup halaman terakhir volume 2 (biografi Muhammad), saya sedih karena tiada lagi cerita yang tersisa dari hidupnya yang agung.

Sir George Bernard Shaw (The Genuine Islam,’ Vol. 1, No. 8, 1936.)

Jika ada agama yang berpeluang menguasai Inggeris bahkan Eropah – beberapa ratus tahun dari sekarang, Islamlah agama tersebut.” Saya sentiasa menghormati agama Muhammad karena potensi yang dimilikinya. Ini adalah satu-satunya agama yang bagi saya memiliki kemampuan menyatukan dan mengubah peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad sesosok peribadi agung yang jauh dari kesan seorang anti-kristian, dia harus dipanggil ’sang penyelamat kemanusiaan’ Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia moden ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang diperlukan dunia:

Ramalanku, keyakinan yang dibawanya akan diterima Eropah di masa datang dan memang ia telah mulai diterima Eropah disaat ini. Dia adalah manusia teragung yang pernah memijakkan kakinya di bumi ini. Dia membawa sebuah agama, mendirikan sebuah bangsa, meletakkan dasar-dasar moral, memulai sekian banyak gerakan pembaruan sosial dan politik, mendirikan sebuah masyarakat yang kuat dan dinamik untuk melaksanakan dan mewakili seluruh ajarannya, dan ia juga telah merevolusi fikiran serta perilaku manusia untuk seluruh masa yang akan datang.

Dia adalah Muhammad (SAW). Dia lahir di Arab tahun 570 masihi, memulakan misi mengajarkan agama kebenaran, Islam (penyerahan diri pada Tuhan) pada usia 40 dan meninggalkan dunia ini pada usia 63. Sepanjang masa kenabiannya yang pendek (23 tahun) dia telah mengubah Jazirah Arab dari paganisme dan pemuja makhluk menjadi para pemuja Tuhan yang Esa, dari peperangan dan perpecahan antara suku menjadi bangsa yang bersatu, dari kaum pemabuk dan pengacau menjadi kaum pemikir dan penyabar, dari kaum tak berhukum dan anarki menjadi kaum yang teratur, dari keruntuhan moral. Sejarah manusia tidak pernah mengenal tranformasi sebuah masyarakat atau tempat sedasyat ini dan “bayangkan ini terjadi dalam kurun waktu hanya sedikit di atas DUA DEKAD.”

MICHAEL H. HART (THE 100: A RANKING OF THE MOST INFLUENTIAL PERSONS IN HISTORY, New York, 1978)

Pilihan saya untuk menempatkan Muhammad pada urutan teratas mungkin mengejutkan semua pihak, tapi dialah satu-satunya orang yang sukses baik dalam pandangan sekular maupun agama. (hal. 33). Lamar tine, seorang sejarawan terkemuka menyatakan bahwa: Jika keagungan sebuah tujuan, kecilnya fasiliti yang diberikan untuk mencapai tujuan tersebut, serta menakjubkannya hasil yang dicapai menjadi tolok ukur kegeniusan seorang manusia; siapakah yang berani membandingkan tokoh hebat manapun dalam sejarah moden dengan Muhammad?

Tokoh-tokoh itu membangun pasukan, hukum dan kerajaan saja. Mereka hanyalah menciptakan kekuatan-kekuatan material yang hancur bahkan di depan mata mereka sendiri. Muhammad bergerak tidak hanya dengan tentara, hukum, kerajaan, rakyat dan dinasti, tapi jutaan manusia di dua per tiga wilayah dunia saat itu; lebih dari itu, ia telah merubah amalan-amalan pemujaan, sesembahan, agama, fikiran, kepercayaan serta jiwa… Kesabarannya dalam kemenangan dan tujuannya yang dipersembahkan untuk satu tujuan tanpa sama sekali berhasrat membangun kekuasaan, sembahyang-sembahyangnya, dialognya dengan Tuhan, kematiannya dan kemenangan-kemenangan (umatnya) setelah kematiannya; semuanya membawa keyakinan umatnya hingga ia memiliki kekuatan untuk mengembalikan sebuah kepercayaan.

Kepercayaan yang mengajarkan ketunggalan dan keghaiban (immateriality) Tuhan yang mengajarkan siapa sesungguhnya Tuhan. Dia singkirkan tuhan palsu dengan kekuatan dan mengenalkan tuhan yang sesungguhnya dengan kebijakan. Seorang ahli falsafah yang juga seorang pemidato, pendakwah, perajurit, ahli hukum, penakluk idea, pegembali kepercayaan-kepercayaan rasional dari sebuah ajaran tanpa pengidolaan, pendiri 20 kerajaan di bumi dan satu kerajaan spiritual, ialah Muhammad. Dari semua standard bagaimana kehebatan seorang manusia diukur, mungkin kita patut bertanya: adakah orang yang lebih agung dari dia?”

LAMAR TINE, HISTOIRE DE LA TURQUIE, Paris, 1854, Vol. II, pp 276-277

“Dunia telah menyaksikan banyak peribadi-peribadi agung. Namun, dari orang orang tersebut adalah orang yang sukses pada satu atau dua bidang saja misalnya agama atau ketenteraan. Hidup dan ajaran orang-orang ini seringkali diselimuti kabut waktu dan zaman. Begitu banyak spekulasi tentang waktu dan tempat lahir mereka, cara dan gaya hidup mereka, sifat dan detail ajaran mereka, serta tingkat dan ukuran kesuksesan mereka sehingga sulit bagi manusia untuk mencontohi ajaran dan hidup tokoh-tokoh ini.

Tidak demikian dengan orang ini. Muhammad (SAW) telah begitu tinggi menggapai dalam berbagai bidang fikir dan perilaku manusia dalam sebuah episod cemerlang sejarah manusia. Setiap detik dari kehidupan peribadi dan ucapan-ucapannya telah secara tepat didokumentasikan dan dijaga dengan teliti sampai saat ini. Keaslian ajarannya begitu terjaga, tidak saja oleh kerana pembawaan yang dilakukan para pengikut setianya tapi juga oleh para penentangnya. Muhammad adalah seorang agamawan, reformis sosial, teladan moral, administrator massa, sahabat setia, teman yang menyenangkan, suami yang penuh kasih dan seorang ayah yang penyayang – semua menjadi satu. Tiada lagi manusia dalam sejarah melebihi atau bahkan menyamainya dalam setiap aspek kehidupan tersebut – hanya dengan keperibadian seperti dialah keagungan seperti ini dapat diraih.”

K.S.RAMAKRISHNA RAO, Professor Philosophy dalam bookletnya,

“Muhammad, The Prophet of Islam” Keperibadian Muhammad, hhmm sangat sulit untuk menggambarkannya dengan tepat. Saya pun hanya boleh menangkap sekilas saja: betapa ia adalah lukisan yang indah. Anda boleh lihat Muhammad seorang Nabi, Muhammad seorang pejuang, Muhammad seorang peniaga, Muhammad seorang negarawan, Muhammad seorang pendakwah ulung, Muhammad seorang pembaharu, Muhammad seorang pelindung anak yatim piatu, Muhammad seorang pelindung hamba sahaya, Muhammad seorang pembela hak wanita, Muhammad seorang hakim, Muhamad seorang pemimpin agama.

Dalam setiap perananya tadi, dia adalah seorang pahlawan. Di saat ini, 14 abad kemudian, kehidupan dan ajaran Muhammad tetap selamat, tiada yang hilang atau berubah sedikit pun. Ajaran yang menawarkan harapan abadi tentang ubat atas segala penyakit kemanusiaan yang ada dan telah ada sejak masa hidupnya. Ini bukanlah setakat dakwaan seorang pengikutnya tapi juga sebuah simpulan tak terelakkan dari sebuah analisis sejarah yang kritis dan tidak berat sebelah.

PROF. (SNOUCK) HURGRONJE:

Liga bangsa-bangsa yang didirikan Nabi umat Islam telah meletakkan dasar-dasar persatuan internasional dan persaudaraan manusia di atas bersifat yang universal yang menerangi bangsa lain. Buktinya, sampai saat ini tiada satu bangsa pun di dunia yang mampu menyamai Islam dalam pencapaiannya mewujudkan idea persatuan bangsa-bangsa. Dunia telah banyak mengenal konsep ketuhanan, telah banyak individu yang hidup dan misinya lenyap menjadi legenda. Sejarah menunjukkan tiada satu pun legenda ini yang menyamai bahkan sebahagian dari apa yang Muhammad capai.

Seluruh jiwa raganya ia curahkan untuk satu tujuan: menyatukan manusia dalam pengabdian kapada Tuhan dalam aturan-aturan ketinggian moral. Muhammad atau pengikutnya tidak pernah dalam sejarah menyatakan bahawa ia adalah putera Tuhan atau kelahiran semula Tuhan atau seorang jelmaan Tuhan dia selalu sejak dahulu sampai saat ini menganggap dirinya dan dianggap oleh pengikutnya hanyalah sebagai seorang pesuruh yang dipilih Tuhan.

THOMAS CARLYLE in his HEROES AND HEROWORSHIP

(Betapa menakjubkan) seorang manusia sendirian dapat mengubah suku-suku yang saling berperang dan kaum nomad menjadi sebuah bangsa yang paling maju dan paling berperadaban hanya dalam waktu kurang dari dua dekad. “Kebohongan yang dipropagandakan kaum Barat yang diselimutkan kepada orang ini (Muhammad) hanyalah mempermalukan diri kita sendiri. Sesosok jiwa besar yang tenang, seorang yang mahu tidak mahu harus dijunjung tinggi. Dia diciptakan untuk menerangi dunia, begitulah perintah Sang Pencipta Dunia.

EDWARD GIBBON and SIMON OCKLEY speaking on the profession of ISLAM write:

Saya percaya bahawa Tuhan adalah tunggal dan Muhammad adalah pesuruh-Nya adalah pengakuan kebenaran Islam yang simple dan seragam. Tuhan tidak pernah dihinakan dengan pujaan-pujaan kemakhlukan; penghormatan terhadap Nabi tidak pernah berubah menjadi pemujaan berlebihan; dan prinsip-prinsip hidupnya telah memberinya penghormatan dari pengikutnya dalam batas-batas akal dan agama

(HISTORY OF THE SARACEN EMPIRES, London, 1870, p. 54).

Muhammad tidak lebih dari seorang manusia biasa. Tapi ia adalah manusia dengan tugas mulia untuk menyatukan manusia dalam pengabdian terhadap satu dan hanya satu Tuhan serta untuk mengajarkan hidup yang jujur dan lurus sesuai perintah Tuhan. Dia selalu menggambarkan dirinya sebagai hamba dan pesuruh Tuhan dan demikianlah juga setiap tindakannya.

SAROJINI NAIDU, penyair terkenal India (S. Naidu, IDEALS OF ISLAM, vide Speeches & Writings, Madras, 1918, p. 169):

Inilah agama pertama yang mengajarkan dan mempraktikkan demokrasi; di setiap masjid, ketika azan berkumandang dan jemaah telah berkumpul, demokrasi dalam Islam terwujud lima kali sehari ketika seorang hamba dan seorang raja berlutut berdampingan dan mengakui: Allah Maha Besar… Saya terpukau lagi dan lagi oleh kebersamaan Islam yang secara naluri membuat manusia menjadi bersaudara.

DIWAN CHAND SHARMA:

Muhammad adalah dipenuhi kebaikan, pengaruhnya dirasakkan dan tak pernah dilupakan orang-orang terdekatnya. (D.C. Sharma, THE PROPHETS OF THE EAST, Calcutta, 1935, pp. 12)

James A. Michener, “Islam: The Misunderstood Religion,” in READER’S DIGEST (American edition), May 1955, pp. 68-70.

Muhammad, seorang inspirator yang mendirikan Islam, dilahirkan pada tahun 570 masihi dalam masyarakat Arab penyembah berhala. Yatim semenjak kecil dia secara khusus memberikan perhatian kepada fakir miskin, yatim piatu dan janda, serta hamba sahaya dan kaum lemah. Di usia 20 tahun, dia sudah menjadi seorang usahawan yang berjaya, dan menjadi pengelola perniagaan seorang janda kaya. Ketika mencapai usia 25, majikannya melamarnya. Meskipun usia perempuan tersebut 15 tahun lebih tua Muhammad menikahinya dan tetap setia kepadanya sepanjang hayat isteri.

Seperti dengan para nabi lain, Muhammad memulai tugas kenabiannya dengan sembunyi2 dan ragu2 kerana menyedari kelemahannya. Tapi Baca adalah perintah yang diperolehnya, -dan meskipun sampai saat ini diyakini bahwa Muhammad tidak pamdai membaca dan menulis dan keluarlah dari mulutnya satu kalimat yang akan segera mengubah dunia: Tiada tuhan selain Allah. “Dalam setiap hal, Muhammad adalah seorang yang mengedepankan akal. Ketika puteranya, Ibrahim, meninggal disertai gerhana dan menimbulkan anggapan ummatnya bahwa hal tersebut adalah wujud rasa sedih Tuhan kepadanya, Muhammad berkata:

Gerhana adalah sebuah kejadian alam biasa, adalah suatu kebodohan mengkaitkannya dengan kematian atau kelahiran seorang manusia. “Sesaat setelah ia meninggal, sebagian pengikutnya hendak memujanya sebagaimana Tuhan dipuja, akan tetapi pengganti kepemimpinannya (Abu Bakar) menepis keinginan ummatnya itu dengan salah satu pidato agama terindah sepanjang masa: Jika ada diatara kalian yang menyembah Muhammad, maka ketahuilah bahawa ia telah meninggal. Tapi jika Tuhanlah yang hendak kalian sembah, ketahuilah bahwa Ia hidup selamanya. (Ayat berkaitan: Q.S. Al Imran, 144)

W. Montgomery Watt, MOHAMMAD AT MECCA , Oxford , 1953, p. 52.

Tabahnya menempuh tentangan atas keyakinannya, ketinggian moral para pengikutnya, serta pencapaiannya yang luar biasa semuanya menunjukkan integritinya. Mengira Muhammad sebagai seorang penipu hanyalah memberikan masalah dan bukan jawapan. Lebih dari itu, tiada gambaran hebat yang digambarkan begitu buruk di Barat selain Muhammad

Annie Besant, THE LIFE AND TEACHINGS OF MUHAMMAD, Madras, 1932, p. 4.

“Sangat mustahil bagi seseorang yang mempelajari karakter Nabi Bangsa Arab, yang mengetahui bagaimana ajarannya dan bagaimana hidupnya untuk merasakan selain hormat terhadap beliau, salah satu utusanNya. Dan meskipun dalam semua yang saya gambarkan banyak hal-hal yang terasa biasa, namun setiap kali saya membaca ulang kisah-kisahnya, setiap kali pula saya merasakan kekaguman dan penghormatan kepada Guru Bangsa Arab tersebut.”

Bosworth Smith, MOHAMMAD AND MOHAMMADANISM, London , 1874, p. 92.

Dia adalah perpaduan Caesar dan Paus; tapi dia adalah sang Paus tanpa pretensinya dan seorang caesar tanpa Legionnairenya (kepercayaan Kristian) : tanpa tentera, tanpa pengawal, tanpa istana, tanpa pengahasilan tetap; jika ada seorang manusia yang pantas untuk berkata bahawa dialah wakil Tuhan penguasa dunia, Muhammad lah orang itu, karena dia memiliki kekuatan meski ia tak memiliki segala peralatan atau penyokongnya.

John William Draper, M.D., L.L.D., A History of the Intellectual Development of Europe, London 1875, Vol.1, pp.329-330

Empat tahun setelah kematian Justinian, pada 569 AD, telah lahir di Mekkah Arabia seorang manusia yang sangat besar pengaruhnya terhadap ummat manusia

John Austin, “Muhammad the Prophet of Allah,” in T.P.. ’s and Cassel ’s Weekly for 24th September 1927 .

Dalam kurun waktu hanya sedikit lebih dari satu tahun, ia telah menjadi pemimpin di Madinah. Kedua tangannya memegang sebuah tuas yang siap menggoncang dunia.

Professor Jules Masserman

Pasteur dan Salk adalah pemimpin dalam satu bidang intelektual. Gandhi dan Konfusius pada hal lain serta Alexander, Caesar dan Hitler mungkin pemimpin pada kategori kedua dan ketiga . Jesus dan Buddha mungkin hanya pada kategori kedua. Mungkin pemimpin terbesar sepanjang masa adalah Muhammad, yang sukses pada ketiga kategori tersebut. Dalam skala yang lebih kecil Musa melakukan hal yang sama.